Surat Al-Baqarah, Ayat 231 - 240


286 ayat - Sapi Betina

 Download MP3 Surat Al-Baqarah




surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 231
وَإِذَا
dan apabila
طَلَّقْتُمُ
kamu mentalak
ٱلنِّسَآءَ
isteri-isteri
فَبَلَغْنَ
maka/lalu dia sampai
أَجَلَهُنَّ
masanya
فَأَمْسِكُوهُنَّ
maka tahanlah/rujuklah mereka
بِمَعْرُوفٍ
dengan cara yang baik
أَوْ
atau
سَرِّحُوهُنَّ
ceraikan mereka
بِمَعْرُوفٍ
dengan cara yang baik
وَلَا
dan jangan
تُمْسِكُوهُنَّ
kamu tahan mereka
ضِرَارًا
(untuk memberi) kemudharatan
لِّتَعْتَدُوا۟
karena kamu melewati batas/menganiaya
وَمَن
dan barang siapa
يَفْعَلْ
ia berbuat
ذَٰلِكَ
demikian
فَقَدْ
maka sungguh
ظَلَمَ
ia menganiaya
نَفْسَهُۥ
dirinya
وَلَا
dan jangan
تَتَّخِذُوٓا۟
kamu jadikan
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
هُزُوًا
permainan
وَٱذْكُرُوا۟
dan ingatlah
نِعْمَتَ
nikmat
ٱللَّهِ
Allah
عَلَيْكُمْ
atasmu/kepadamu
وَمَآ
dan apa yang
أَنزَلَ
Dia menurunkan
عَلَيْكُم
kepadamu
مِّنَ
dari
ٱلْكِتَٰبِ
Al Kitab
وَٱلْحِكْمَةِ
dan hikmah
يَعِظُكُم
Dia mengajarkan kamu
بِهِۦ
dengannya
وَٱتَّقُوا۟
dan bertakwalah
ٱللَّهَ
Allah
وَٱعْلَمُوٓا۟
dan ketahuilah
أَنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
بِكُلِّ
atas segala
شَىْءٍ
sesuatu
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui

wa-idzaa thallaqtumu alnnisaa-a fabalaghna ajalahunna fa-amsikuuhunna bima'ruufin aw sarrihuuhunna bima'ruufin walaa tumsikuuhunna dhiraaran lita'taduu waman yaf'al dzaalika faqad zhalama nafsahu walaa tattakhidzuu aayaati allaahi huzuwan waudzkuruu ni'mata allaahi 'alaykum wamaa anzala 'alaykum mina alkitaabi waalhikmati ya'izhukum bihi waittaquu allaaha wai'lamuu anna allaaha bikulli syay-in 'aliimun
231. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka [145]. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah ni'mat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

[145] Umpamanya: memaksa mereka minta cerai dengan cara khulu' atau membiarkan mereka hidup terkatung-katung.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Aufi dari Ibnu Abbas, katanya, "Ada seorang laki-laki yang menceraikan istrinya lalu rujuk kepadanya sebelum habis idahnya, kemudian diceraikannya kembali. Hal itu dilakukannya untuk menyusahkannya dan menghalanginya jatuh ke tangan laki-laki lain. Maka Allah pun menurunkan ayat ini." Diketengahkan pula dari As-Sadiy, katanya, "Ayat ini turun mengenai seorang laki-laki Ansar bernama Tsabit bin Yasar yang menceraikan istrinya, lalu jika masa idahnya tinggal dua atau tiga hari lagi, maka ia rujuk kembali kepadanya dengan tujuan untuk menyusahkannya. Maka Allah swt. pun menurunkan, 'Dan janganlah kamu rujuk kepada mereka dengan maksud untuk menyusahkan mereka, karena dengan demikian berarti kamu melakukan penganiayaan!'" (Q.S. Al-Baqarah 231) Ibnu Abu Umar mengetengahkan dalam Musnadnya dan oleh Ibnu Murdawaih dan Abu Darda, katanya, "Ada seorang laki-laki yang menjatuhkan talak, lalu katanya, 'Saya hanya bermain-main', lalu ia membebaskan budak dan katanya, 'Saya hanya bergurau', maka Allah pun menurunkan, 'Dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai barang permainan!'" (Q.S. Al-Baqarah 231) Riwayat yang serupa dengan itu dikeluarkan pula oleh Ibnu Mundzir dari Ubadah bin Shamit, begitu pula oleh Ibnu Murdawaih dari Ibnu Abbas, dan oleh Ibnu Jarir dari mursal hasan.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 232
وَإِذَا
dan apabila
طَلَّقْتُمُ
kamu mentalak
ٱلنِّسَآءَ
isteri-isteri
فَبَلَغْنَ
maka/lalu dia sampai
أَجَلَهُنَّ
masa (iddah) mereka
فَلَا
maka jangan
تَعْضُلُوهُنَّ
kamu menghalangi mereka
أَن
bahwa
يَنكِحْنَ
mereka kawin
أَزْوَٰجَهُنَّ
(bakal) suami-suami mereka
إِذَا
apabila
تَرَٰضَوْا۟
mereka saling rela
بَيْنَهُم
diantara mereka
بِٱلْمَعْرُوفِ
dengan cara yang baik
ذَٰلِكَ
itulah
يُوعَظُ
dinasehatkan
بِهِۦ
dengannya
مَن
orang
كَانَ
adalah dia
مِنكُمْ
diantara kamu
يُؤْمِنُ
dia beriman
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَٱلْيَوْمِ
dan hari
ٱلْءَاخِرِ
akhirat
ذَٰلِكُمْ
demikian itu
أَزْكَىٰ
lebih baik
لَكُمْ
bagimu
وَأَطْهَرُ
dan lebih suci
وَٱللَّهُ
dan Allah
يَعْلَمُ
Dia mengetahui
وَأَنتُمْ
dan/sedang kamu
لَا
tidak
تَعْلَمُونَ
kamu mengetahui

wa-idzaa thallaqtumu alnnisaa-a fabalaghna ajalahunna falaa ta'dhuluuhunna an yankihna azwaajahunna idzaa taraadaw baynahum bialma'ruufi dzaalika yuu'azhu bihi man kaana minkum yu/minu biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalikum azkaa lakum wa-athharu waallaahu ya'lamu wa-antum laa ta'lamuuna
232. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya [146], apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

[146] Kawin lagi dengan bekas suami atau dengan laki-laki yang lain.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain dari Ma`qil bin Yasar, bahwa ia mengawinkan saudaranya yang perempuan dengan seorang laki-laki Islam. Demikianlah mereka hidup berumah tangga, tetapi kemudian pihak suami menceraikan istrinya dan tidak rujuk kepadanya sampai idahnya habis. Kemudian si suami merasa rindu kepada bekas istrinya, demikian pula si istri kepada bekas suaminya, lalu si suami meminangnya kembali bersama rombongannya. Tetapi jawaban Ma`qil, "Hai bajingan tengik, saya telah memuliakanmu dan mengawinkan saudara saya denganmu tetapi kamu menceraikannya, demi Allah, ia tidak boleh kembali lagi kepadamu buat selama-lamanya." Dalam pada itu Allah mengetahui kebutuhan sang suami kepada bekas istri dan kebutuhan sang istri kepada bekas suaminya, maka diturunkanlah, "Apabila kamu menceraikan istri-istrimu, lalu habis idah mereka...," sampai dengan, "...kamu tidak mengetahui..." (Q.S. Al-Baqarah 232). Tatkala Ma`qil mendengarnya, ia mengatakan, "Aku dengar perintah Tuhanku dan aku taati." Lalu dipanggilnya bekas iparnya tadi seraya katanya, "Saya kawinkan dia denganmu dan saya muliakan kamu." Ibnu Murdawaih mengetengahkannya pula dari jalur yang berbeda-beda. Diketengahkan pula dari As-Sadiy, katanya, "Ayat itu diturunkan mengenai Jabir bin Abdullah Al-Anshari. Ia mempunyai seorang saudara sepupu yang diceraikan oleh suaminya satu kali talak. Kemudian ketika masa idahnya telah habis, bekas suaminya itu kembali dengan maksud hendak rujuk kepadanya tetapi Jabir tidak bersedia, katanya, 'Kamu ceraikan saudara sepupu kami, lalu hendak kawin buat kedua kalinya!' Dalam pada itu si istri juga ingin kembali dan rela atas perlakuan suaminya, maka turunlah ayat ini." Riwayat pertama lebih sahih dan juga lebih kuat.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 233
وَٱلْوَٰلِدَٰتُ
dan para ibu
يُرْضِعْنَ
hendaklah menyusui
أَوْلَٰدَهُنَّ
anak-anak mereka
حَوْلَيْنِ
dua tahun
كَامِلَيْنِ
sempurna/penuh
لِمَنْ
bagi orang
أَرَادَ
(ia) ingin
أَن
untuk
يُتِمَّ
menyempurnakan
ٱلرَّضَاعَةَ
penyusuan(nya)
وَعَلَى
dan atas
ٱلْمَوْلُودِ
anak yang dilahirkan
لَهُۥ
baginya (ayah)
رِزْقُهُنَّ
memberi rezki/makan mereka
وَكِسْوَتُهُنَّ
dan pakaian mereka
بِٱلْمَعْرُوفِ
dengan cara yang baik
لَا
tidak
تُكَلَّفُ
dibebani
نَفْسٌ
seseorang
إِلَّا
melainkan
وُسْعَهَا
menurut kesanggupannya
لَا
jangan
تُضَآرَّ
menderita/sengsara
وَٰلِدَةٌۢ
seorang ibu
بِوَلَدِهَا
dengan/karena anaknya
وَلَا
dan tidak
مَوْلُودٌ
anak yang dilahirkan
لَّهُۥ
baginya (ayah)
بِوَلَدِهِۦ
dengan/karena anaknya
وَعَلَى
dan atas
ٱلْوَارِثِ
waris
مِثْلُ
seperti
ذَٰلِكَ
demikian
فَإِنْ
maka jika
أَرَادَا
keduanya ingin
فِصَالًا
menyapih
عَن
dari/dengan
تَرَاضٍ
kerelaan
مِّنْهُمَا
dari keduanya
وَتَشَاوُرٍ
dan permusyawaratan
فَلَا
maka tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْهِمَا
atas keduanya
وَإِنْ
dan jika
أَرَدتُّمْ
kamu ingin
أَن
untuk
تَسْتَرْضِعُوٓا۟
menyusukan (pada orang lain)
أَوْلَٰدَكُمْ
anak-anakmu
فَلَا
maka tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْكُمْ
atasmu/bagimu
إِذَا
apabila
سَلَّمْتُم
kamu menyerahkan (pembayaran)
مَّآ
apa
ءَاتَيْتُم
kamu berikan
بِٱلْمَعْرُوفِ
dengan patut
وَٱتَّقُوا۟
dan bertakwalah kamu
ٱللَّهَ
Allah
وَٱعْلَمُوٓا۟
dan ketahuilah
أَنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
dengan apa
تَعْمَلُونَ
kamu kerjakan
بَصِيرٌ
Maha Melihat

waalwaalidaatu yurdhi'na awlaadahunna hawlayni kaamilayni liman araada an yutimma alrradaa'ata wa'alaa almawluudi lahu rizquhunna wakiswatuhunna bialma'ruufi laa tukallafu nafsun illaa wus'ahaa laa tudaarra waalidatun biwaladihaa walaa mawluudun lahu biwaladihi wa'alaa alwaaritsi mitslu dzaalika fa-in araadaa fishaalan 'an taraadin minhumaa watasyaawurin falaa junaaha 'alayhimaa wa-in aradtum an tastardhi'uu awlaadakum falaa junaaha 'alaykum idzaa sallamtum maa aataytum bialma'ruufi waittaquu allaaha wai'lamuu anna allaaha bimaa ta'maluuna bashiirun
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 234
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُتَوَفَّوْنَ
(mereka) diwafatkan/meninggal dunia
مِنكُمْ
diantara kamu
وَيَذَرُونَ
dan (mereka) meninggalkan
أَزْوَٰجًا
isteri-isteri
يَتَرَبَّصْنَ
hendaklah mereka menangguhkan
بِأَنفُسِهِنَّ
dengan diri mereka
أَرْبَعَةَ
empat
أَشْهُرٍ
bulan
وَعَشْرًا
dan sepuluh (hari)
فَإِذَا
maka apabila
بَلَغْنَ
mereka sampai
أَجَلَهُنَّ
masa (iddah) mereka
فَلَا
maka tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْكُمْ
atasmu/bagimu
فِيمَا
tentang apa
فَعَلْنَ
mereka perbuat
فِىٓ
pada
أَنفُسِهِنَّ
diri mereka
بِٱلْمَعْرُوفِ
menurut yang patut
وَٱللَّهُ
dan Allah
بِمَا
dengan apa
تَعْمَلُونَ
kamu kerjakan
خَبِيرٌ
Maha Mengetahui

waalladziina yutawaffawna minkum wayadzaruuna azwaajan yatarabbashna bi-anfusihinna arba'ata asyhurin wa'asyran fa-idzaa balaghna ajalahunna falaa junaaha 'alaykum fiimaa fa'alna fii anfusihinna bialma'ruufi waallaahu bimaa ta'maluuna khabiirun
234. Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka [147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

[147] Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 235
وَلَا
dan tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْكُمْ
atasmu/bagimu
فِيمَا
tentang apa
عَرَّضْتُم
kamu sendiri
بِهِۦ
dengannya
مِنْ
daripada
خِطْبَةِ
meminang
ٱلنِّسَآءِ
wanita-wanita
أَوْ
atau
أَكْنَنتُمْ
kamu menyembunyikan
فِىٓ
dalam
أَنفُسِكُمْ
dirimu
عَلِمَ
mengetahui
ٱللَّهُ
Allah
أَنَّكُمْ
bahwa kamu
سَتَذْكُرُونَهُنَّ
kamu akan menyebut mereka
وَلَٰكِن
tetapi
لَّا
jangan
تُوَاعِدُوهُنَّ
kamu mengadakan janji pada mereka
سِرًّا
rahasia
إِلَّآ
kecuali
أَن
hendaknya
تَقُولُوا۟
kamu mengucapkan
قَوْلًا
perkataan
مَّعْرُوفًا
yang baik
وَلَا
dan jangan
تَعْزِمُوا۟
kamu bertetap hati
عُقْدَةَ
berakad
ٱلنِّكَاحِ
nikah
حَتَّىٰ
sehingga
يَبْلُغَ
sampai
ٱلْكِتَٰبُ
Kitab/kepastian
أَجَلَهُۥ
waktunya
وَٱعْلَمُوٓا۟
dan ketahuilah
أَنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
يَعْلَمُ
Dia mengetahui
مَا
apa
فِىٓ
didalam
أَنفُسِكُمْ
dirimu
فَٱحْذَرُوهُ
maka takutlah kepadaNya
وَٱعْلَمُوٓا۟
dan ketahuilah
أَنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
غَفُورٌ
Maha Pengampun
حَلِيمٌ
Maha Penyantun

walaa junaaha 'alaykum fiimaa 'arradhtum bihi min khithbati alnnisaa-i aw aknantum fii anfusikum 'alima allaahu annakum satadzkuruunahunna walaakin laa tuwaa'iduuhunna sirran illaa an taquuluu qawlan ma'ruufan walaa ta'zimuu 'uqdata alnnikaahi hattaa yablugha alkitaabu ajalahu wai'lamuu anna allaaha ya'lamu maa fii anfusikum faihtsaruuhu wai'lamuu anna allaaha ghafuurun haliimun
235. Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu [148] dengan sindiran [149] atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf [150]. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

[148] Yang suaminya telah meninggal dan masih dalam 'iddah.

[149] Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah karena meninggal suaminya, atau karena talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah talak raji'i tidak boleh dipinang walaupun dengan sindiran.

[150] Perkataan sindiran yang baik.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 236
لَّا
tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْكُمْ
atasmu
إِن
jika
طَلَّقْتُمُ
mentalak
ٱلنِّسَآءَ
isteri-isteri
مَا
apa
لَمْ
belum/sebelum
تَمَسُّوهُنَّ
kamu campuri mereka
أَوْ
atau
تَفْرِضُوا۟
kamu menentukan
لَهُنَّ
bagi mereka
فَرِيضَةً
ketentuan/mahar
وَمَتِّعُوهُنَّ
dan berilah mut'ah (pemberian mereka)
عَلَى
atas
ٱلْمُوسِعِ
orang yang mampu
قَدَرُهُۥ
menurut kemampuannya
وَعَلَى
dan atas
ٱلْمُقْتِرِ
orang yang miskin
قَدَرُهُۥ
menurut kemampuannya
مَتَٰعًۢا
hadiah
بِٱلْمَعْرُوفِ
dengan yang baik
حَقًّا
ketentuan
عَلَى
atas
ٱلْمُحْسِنِينَ
orang-orang yang berbuat kebaikan

laa junaaha 'alaykum in thallaqtumu alnnisaa-a maa lam tamassuuhunna aw tafridhuu lahunna fariidhatan wamatti'uuhunna 'alaa almuusi'i qadaruhu wa'alaa almuqtiri qadaruhu mataa'an bialma'ruufi haqqan 'alaa almuhsiniina
236. Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 237
وَإِن
dan jika
طَلَّقْتُمُوهُنَّ
kamu menceraikan mereka
مِن
dari
قَبْلِ
sebelum
أَن
jika
تَمَسُّوهُنَّ
kamu mencampuri mereka
وَقَدْ
dan sesungguhnya
فَرَضْتُمْ
kamu telah menentukan
لَهُنَّ
bagi mereka
فَرِيضَةً
ketentuan/mahar
فَنِصْفُ
maka (bayarlah) seperdua
مَا
apa
فَرَضْتُمْ
telah kamu tentukan
إِلَّآ
kecuali
أَن
bahwa/jika
يَعْفُونَ
mereka memaafkan
أَوْ
atau
يَعْفُوَا۟
dimaafkan
ٱلَّذِى
yang
بِيَدِهِۦ
ditangannya
عُقْدَةُ
ikatan
ٱلنِّكَاحِ
nikah
وَأَن
dan bahwa
تَعْفُوٓا۟
pemaafanmu
أَقْرَبُ
lebih dekat
لِلتَّقْوَىٰ
kepada takwa
وَلَا
dan jangan
تَنسَوُا۟
kamu melupakan
ٱلْفَضْلَ
karunia/keutamaan
بَيْنَكُمْ
diantara kamu
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
dengan apa
تَعْمَلُونَ
kamu kerjakan
بَصِيرٌ
Maha Melihat

wa-in thallaqtumuuhunna min qabli an tamassuuhunna waqad faradhtum lahunna fariidhatan fanishfu maa faradhtum illaa an ya'fuuna aw ya'fuwa alladzii biyadihi 'uqdatu alnnikaahi wa-an ta'fuu aqrabu lilttaqwaa walaa tansawuu alfadhla baynakum inna allaaha bimaa ta'maluuna bashiirun
237. Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah [151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.

[151] Ialah suami atau wali. Kalau wali mema'afkan, maka suami dibebaskan dari membayar mahar yang seperdua, sedang kalau suami yang mema'afkan, maka dia membayar seluruh mahar.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 238
حَٰفِظُوا۟
peliharalah
عَلَى
atas
ٱلصَّلَوَٰتِ
segala sholat
وَٱلصَّلَوٰةِ
dan sholat
ٱلْوُسْطَىٰ
wustha ('ashar)
وَقُومُوا۟
dan berdirilah
لِلَّهِ
untuk Allah
قَٰنِتِينَ
dengan tunduk

haafizhuu 'alaa alshshalawaati waalshshalaati alwusthaa waquumuu lillaahi qaanitiina
238. Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa [152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.

[152] "Shalat wusthaa" ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. Ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan "shalat wusthaa" ialah shalat Ashar. Menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ahmad dan Bukhari mengetengahkan dalam kitab Tarikh, juga oleh Abu Daud, Baihaqi dan Ibnu Jarir dari Zaid bin Tsabit bahwa Nabi saw. melakukan salat zuhur di tengah hari yang panas sekali. Salat itu merupakan yang terberat bagi para sahabatnya, hingga turunlah ayat, "Peliharalah semua salat dan salat yang pertengahan!" (Q.S. Al-Baqarah 238) Ahmad, Nasai dan Ibnu Jarir mengetengahkan dari Zaid bin Tsabit bahwa Nabi saw. sedang melakukan salat zuhur di tengah hari yang sangat terik. Tetapi jemaahnya di belakang hanya satu atau dua saf saja, sementara orang-orang berada di naungan dan perniagaan mereka, maka Allah pun menurunkan, "Dan peliharalah semua salat dan salat yang pertengahan!" (Q.S. Al-Baqarah 238) Imam yang berenam dan lain-lain mengetengahkan dari Zaid bin Arqam, katanya, "Di masa Rasulullah saw. kami berbicara di waktu salat, sedang seorang laki-laki berkata-kata dengan teman yang berada di sampingnya hingga turun ayat, 'Dan berdirilah karena Allah dengan khusyuk...' (Q.S. Al-Baqarah 238) Dengan demikian kami disuruh supaya diam dan dilarang berbicara." Ibnu Jarir dan Mujahid mengetengahkan, katanya, "Mereka biasa bicara di waktu salat, bahkan seorang laki-laki berani menyuruh temannya untuk sesuatu keperluan. Maka Allah pun menurunkan, 'Dan berdirilah karena Allah dengan khusyuk.'" (Q.S. Al-Baqarah 238)
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 239
فَإِنْ
maka jika
خِفْتُمْ
kamu takut
فَرِجَالًا
maka sambil berjalan
أَوْ
atau
رُكْبَانًا
berkendaraan
فَإِذَآ
maka apabila
أَمِنتُمْ
kamu telah aman
فَٱذْكُرُوا۟
maka ingatlah/sebutlah
ٱللَّهَ
Allah
كَمَا
sebagaimana
عَلَّمَكُم
Dia telah mengajar kamu
مَّا
apa
لَمْ
belum
تَكُونُوا۟
adalah kamu
تَعْلَمُونَ
kamu ketahui

fa-in khiftum farijaalan aw rukbaanan fa-idzaa amintum faudzkuruu allaaha kamaa 'allamakum maa lam takuunuu ta'lamuuna
239. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 240
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُتَوَفَّوْنَ
(mereka) diwafatkan/meninggal
مِنكُمْ
diantaramu
وَيَذَرُونَ
dan mereka meninggalkan
أَزْوَٰجًا
isteri
وَصِيَّةً
hendaklah berwasiat
لِّأَزْوَٰجِهِم
untuk isteri mereka
مَّتَٰعًا
pemberian/nafkah
إِلَى
sampai/hingga
ٱلْحَوْلِ
setahun
غَيْرَ
dengan tidak
إِخْرَاجٍ
mengeluarkan/
فَإِنْ
maka jika
خَرَجْنَ
mereka pindah
فَلَا
maka tidak
جُنَاحَ
berdosa
عَلَيْكُمْ
atasmu/bagimu
فِى
didalam
مَا
apa
فَعَلْنَ
mereka perbuat
فِىٓ
pada
أَنفُسِهِنَّ
diri mereka
مِن
dari
مَّعْرُوفٍ
yang patut
وَٱللَّهُ
dan Allah
عَزِيزٌ
Maha Perkasa
حَكِيمٌ
Maha Bijaksana

waalladziina yutawaffawna minkum wayadzaruuna azwaajan washiyyatan li-azwaajihim mataa'an ilaa alhawli ghayra ikhraajin fa-in kharajna falaa junaaha 'alaykum fii maa fa'alna fii anfusihinna min ma'ruufin waallaahu 'aziizun hakiimun
240. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ishak bin Rahawaih mengetengahkan dalam tafsirnya dari Muqatil bin Hibban bahwa seorang laki-laki warga Thaif datang ke Madinah, ia mempunyai banyak anak laki-laki dan perempuan dan ia juga mempunyai ibu-bapak dan seorang istri, ia mati di Madinah dan hal itu disampaikan kepada Nabi saw. Maka diberinya kedua orang tua dan anak-anaknya secara baik-baik, tetapi istrinya tidak diberinya sesuatu apa pun, tetapi mereka disuruh memberinya nafkah dari peninggalan suaminya selama satu tahun. Dan mengenai peristiwa inilah diturunkan, "Dan orang-orang yang akan wafat di antara kamu dan meninggalkan..." (Q.S. Al-Baqarah 240)
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Al-Quran - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger